Sebagian besar cidera organ genetourinaria buakan cidera yang mengancam jiwa kecuali cedera berat pada ginjal yang menyebabkan kerusakan parenkim ginjal yang cukup luas dan kerusakan pembuluh darah ginjal.
Trauma ginjal
Ginjal terletak di rongga retroperitoneum dan terlindungi oleh otot-otot punggung di sebelah posterior dan oleh organ-organ intraperitoneal di sebelah anteriornya karena itu cedera pada ginjal jarang diikuti oleh cedera pada organ-organ yang mengitarinya. Cedera ginjal dapat terjadi secara langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang atau tidak langsung akibat deselerasi pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga retroperitoneum. Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat berupa
cedera tumpul, luka tusuk atau luka tembak. Pada trauma ringan mungkin pasien nyeri di daerah pinggang terlihat jejas berupa ekimosis dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik. Pada trauma mayor pasien datang dengan syok berat dan terdapat hematoma yang makin lama makin membesar.Untuk itu harus segera dilakukan eksplorasi laparatomi untuk menghentikan perdarahan.
cedera tumpul, luka tusuk atau luka tembak. Pada trauma ringan mungkin pasien nyeri di daerah pinggang terlihat jejas berupa ekimosis dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik. Pada trauma mayor pasien datang dengan syok berat dan terdapat hematoma yang makin lama makin membesar.Untuk itu harus segera dilakukan eksplorasi laparatomi untuk menghentikan perdarahan.
Trauma ureter
Cedera ureter sangat jarang dijumpai dan merupakan 1% dari seluruh cedera traktus urogenetalia. Cedera ini akibat trauma dari luar yaitu trauma tumpul maupun trauma tajam atau trauma iatrogenic. Cedera pada ureter akibat tindakan operasi terbuka berupa ureter terikat, crushing Karena terjepit oleh klem, putus (robek) atau devaskularisasi karena banyak jaringan vaskuler yang dibersihkan. Kecurigaan adanya cedera ureter pada trauma dari luar adlah adanya hematuria pasca trauma, sedangkan kecurigaan adanya cedera ureter iatrogenic bisa diketemukan pada saat operasi atau setelah pembedahan.
Trauma Uretra
Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar dan cedera iatrogenic akibat instrumentasi pada uretra. Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis menyebabkan rupture uretra pars membranasea sedangkan trauma tumpul pada selangkangan atau straddle injury dapat menyebabkan rupture uretra pars bulbosa. Pemasangan kateter atau businasi pada uretra yang kurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra karena false route atau salah jalan. Demikian tindakan operasi trans uretra dapat menyebabkna cedera uretra iatrogenic.. kecurigaan adanya tarauma uretra adalah jika didapatkan perdarahan per-uretram yaitu terdapat darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah mengalami trauma. Pada trauma uretra yang berat pasien mengalami retensi urine dan pada pemeriksaaan colok dubur didapatkan floating prostate. Pada keadan ini tidak boleh melakukan tindakan pemasangan kateter karena dapat enyebabkan kerusakan uretra lebih parah.
Terapi dengan melakukan sistotomi untuk mengalihkan aliran urine. Kateter sistotomi dipasang sampai 2 minggu dan dileaps setelah diyakinkan dengan pemeriksaaan uretrografi bahwa sudah tidak ada ekstravasasi kontras atau tidak timbul stricture uretra. Namun jika timbul stricture uretra dilakukan reparasi uretra atau sachse.
Trauma Penis
Trauma yang menciderai penis dapat berupa trauma tumpul, trauma tajam, terkena mesin pabrik, rupture tunika albuguinea atau strangulasi penis. Pada trauma tumpul atau terkena mesin pabrik, jika tidak mengalami amputasi total maka penis cukup dibersihkan dan dilakukan penjahitan primer. Jika terjadi amputasi penis total dan bagian distal dapt diidentifikasi dianjurkan dicuci dengan larutan garam fisiologis kemudian disimpan di dalam kantong es dan dikirim ke pusat rujukan. Jika masih mungkin dilakukan replantasi (penyambungan) secara mikroskopik.
Fraktur penis adlah rupture tunika albuginea korpus kavernosum penis yang terjadi pada saat penis dalam keadaaan ereksi. Rupture ini dapat disebabkan karena dibengkokkan sendiri oleh pasien pada saat masturbasi, atau dibengkokkan oleh pasangannya atau tertekuk sendiri secara tak sengaja pada saat hubungan seksual. Akibat tertekuk ini penis menjadi bengkok (angulasi) dan timbul hematoma pada penis disertai nyeri. Eksplorasi rupture dengan sayatan sirkumsisi kemudian dilakukan evakuasi hematoma. Selanjutnya dilakukan penjahitan pada robekan tunika albuginea. Robekan yang cukup lebar jika tidak dilakukan evakuasi hematoma dan penjahitan maka dapat menyebabkan terbentuknya jaringan ikat pada tunika yang mengakibatkan rasa nyeri hebat pada penis dan bengkok sewaktu ereksi.
Strangulasi penis adalah jeratan pada pangkal penisyang menyabkan gangguan aliran darah pepada penis. Gangguan aliran darah ini mengakibatkan penis menjadi iskemia dan edema yang jika dibiarkan akan menjadi nekrosis. Jeratan ini terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak. Pada orang dewasa penjeratnya berupa logam, tutup botol atau karet yang biasanya dipasang pada batnang penis untuk mempertlama ereksi. Pada anak kecil jeratanbiasanya dipasang oleh ibunya untuk mencegah ngompol (enurisis) atau bahkan secara tidak sengaja terjadi pada bayi yang terjerat tali popok atau rambut ibunya. Jeratan pada penis harus segera ditanggulangi dengan melepaskan cincin atau penjerat yang melingkar pada penis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar